Pages

Selasa, 29 November 2011


Pendidikan Bagi Wanita Indonesia Masih Minim


VIVAnews - Pemberdayaan wanita nampaknya masih menjadi pekerjaan rumah yang sangat berat bagi Indonesia. Memang, di kota besar sangat banyak wanita maju dan pintar dengan karier yang membanggakan. Di sisi lain, masih banyak banyak wanita terutama di daerah terpencil yang terdesak dengan tuntutan hidup tanpa pendidikan yang memadai.
Tak dapat dipungkiri, budaya partriarki masih sangat kental di dalam masyarakat Indonesia. Banyak keluarga miskin yang ketika dihadapai sebuah pilihan cenderung mendahulukan pria ketimbang wanita.
"Ketika mereka memutuskan untuk menyekolahkan anak, biasanya mereka akan lebih memilih menyekolahkan anak laki-laki dibanding anak perempuan," ujar Okky Asokawati, mantan model yang sekarang menjadi anggota Komisi IX DPR, ketika ditemuiVIVAnews di Jakarta beberapa waktu lalu.

Menurut Okky, budaya partriarki adalah tantangan terbesar bagi pemberdayaan wanita. Bahkan, banyak wanita yang justru lebih partriarkis dibanding pria. Banyak yang tidak nyaman jika pria melakukan pekerjaan wanita seperti menyapu, mencuci baju. "Jangan pak, biar saya saja. Enggak enak dilihat tetangga," ujarnya meniru percakapan yang biasanya sering terjadi ketika sang suami mengerjakan pekerjaan rumah.

Pemberdayaan wanita bukan untuk menyalahi kodrat sebagai seorang wanita, melainkan untuk mencerdaskan bangsa. "Biasanya, pendidikan jika diberikan pada pria ya hanya untuk dirinya saja. Tetapi, jika diberikan pada wanita, mereka akan memanfaatkan pendidikan tersebut tidak hanya untuk mereka pribadi, tetapi juga untuk mendidik anak-anak mereka," ujarnya.

Tapi, ada satu hal yang harus diwaspadai. Di negara maju, muncul fenomena yang cukup merugikan bagi negara karena pemberdayaan wanita sudah kelewat batas.

Di bidang pendidikan, pria kalah bersaing dengan wanita. Banyak wanita pintar memilih untuk tidak menikah lantaran karier dan tidak menemukan pria yang memiliki pendidikan dan pendapatan yang lebih besar dibanding mereka. Karenanya, banyak pula yang menyalahi kodrat dengan lebih memilih untuk tidak menikah dan memiliki anak. Alhasil, demografi pertumbuhan penduduk pun menjadi tidak baik dengan semakin banyaknya penduduk usia lanjut, dan semakin sedikitnya penduduk usia produktif.

sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar